Tesis

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Beta-2 Mikroglobulin pada Pasien HIV Koinfeksi Hepatitis C dalam Terapi Antiretroviral = Factors related to beta-2 microglobulin levels in HIV patients coinfected with Hepatitis C on antiretroviral therapy.

Latar belakang: Terapi kombinasi antiretroviral (ARV) telah meningkatkan angka harapan hidup pasien HIV. Koinfeksi HCV kemudian menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas terkait hati pada pasien HIV dalam terapi ARV. Aktivasi imun residual dipikirkan berperan penting dalam kondisi ini. Beta-2 mikroglobulin sebagai penanda aktivasi imun kronik dan hubungannya dengan CD4, derajat fibrosis, dan kadar RNA VHC masih harus dieksplorasi pada kelompok pasien HIV-VHC. Metode: Sebanyak 64 pasien yang telah mengalami supresi HIV diikutsertakan pada penelitian ini: 37 pasien koinfeksi HIV-VHC dan 27 pasien HIV. Seluruh pasien koinfeksi belum mendapat terapi VHC. Kadar β2M plasma dianalisis dengan teknik ELISA. Derajat fibrosis diperiksa menggunakan transient elastography. Kadar CD4 dan RNA VHC diperoleh dari rekam medis dalam enam bulan terakhir. Perbedaan rerata β2M dianalisis dengan uji t independen. Korelasi β2M dengan CD4, RNA VHC, dan derajat fibrosis dinilai dengan uji Pearson atau Spearman. Hasil: Kadar plasma β2M didapatkan lebih tinggi pada pasien koinfeksi HIV-VHC (2,75 ± 0,8 mg/L) dibandingkan dengan monoinfeksi HIV (1,93 ± 0,95 mg/L, p < 0,001 dan IK95% 0, 37-1,25). Tidak ditemukan korelasi signifikan antara β2M dengan kadar CD4, derajat fibrosis, dan RNA VHC. Kesimpulan: Pasien koinfeksi HIV-VHC dalam terapi ARV menunjukkan derajat aktivasi imun residual yang lebih tinggi dibandingkan HIV monoinfeksi.
Kata kunci: beta-2 mikroglobulin, aktivasi imun residual, koinfeksi HIV-VHC.


Background: Introduction of combined antiretroviral therapy (cART) has improved life expectancy of HIV infected individuals. HCV coinfection then becomes the main cause of liver-related morbidity and mortality. Residual immune activation may play an important role. The level of beta-2 microglobulin as an immune activation marker and its associations with CD4, fibrosis stage, and HCV RNA remain to be explored in HIV/HCV coinfection. Methods: A total of 64 patients having supressed HIV viral load were included: 37 patients with HIV/HCV coinfection and 27 HIV patients. All coinfected patients were naïve to HCV treatment. Plasma levels of β2M were analyzed using ELISA. The fibrosis stage was determined using transient elastography. CD4, HCV RNA levels were obtained from medical records within the last six months. The mean difference of β2M was analyzed using independent t-test. β2M correlations with CD4, HCV RNA, and fibrosis degree were assessed by Pearson or Spearman test. Results: The levels of plasma β2M were higher in HIV/HCV coinfected patients (2.75 ± 0.8 mg/L) compared to HIV monoinfection (1.93 ± 0.95 mg/L, p < 0.001 and 95CI 0.37-1.25). There were no significant correlations of β2M with CD4 level, fibrosis stage, and HCV RNA. Conclusion: HIV/HCV coinfected patients on ART show a higher level of residual immune activation compared to HIV patients.
Keywords: beta-2 microglobulin, residual immune activation, HIV/HCV coinfection

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2019
Pengarang

Vidya Sari - Nama Orang
Evy Yunihastuti - Nama Orang
Rino Alvani Gani - Nama Orang
Andhika Rachman - Nama Orang

No. Panggil
T19356fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Ilmu Penyakit Dalam.,
Deskripsi Fisik
xxii, 68 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
T19356fk
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T19356fkT19356fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Beta-2 Mikroglobulin pada Pasien HIV Koinfeksi Hepatitis C dalam Terapi Antiretroviral = Factors related to beta-2 microglobulin levels in HIV patients coinfected with Hepatitis C on antiretroviral therapy.

Related Collection